Sejarah Paris Fashion Week
Sejarah Paris Fashion Week
Masa-masa awal mode Paris, pada pergantian abad ke-20, ditandai oleh para perancang busana yang berani seperti Charles Worth dan Paul Poiret, yang ingin menampilkan kreasi mereka dalam gerakan. Paul Poiret menyelenggarakan pesta-pesta mewah, di mana para tamu berkompetisi dalam busana yang elegan, yang paling legendaris adalah "Mille et Deuxième Nuit" pada tahun 1911, yang menampilkan gaun kap lampu dan sarouel.
Tahun
1920-an dan 1930-an menyaksikan kemunculan bakat-bakat seperti Coco Chanel,
Elsa Schiaparelli, dan Madeleine Vionnet. Pada masa ini, peragaan busana yang
sebelumnya merupakan pesta berskala besar berevolusi menjadi presentasi yang
intim dan eksklusif yang diperuntukkan bagi para pelanggan. Ini adalah acara
yang diselenggarakan di kalangan terbatas, dengan kerahasiaan tertinggi dan
tidak ada ruang untuk fotografer.
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1945 ketika Chambre Syndicale de la Haute Couture, sebuah organisasi yang mewakili rumah mode terkemuka di Paris, memulai upaya untuk mengembalikan kota tersebut sebagai pusat mode global.
Chambre Syndicale de la Haute Couture mulai mengadakan acara yang dikenal sebagai "Couture Week", yang kemudian menjadi Paris Fashion Week. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan industri mode Prancis dan memperkenalkan kembali karya desainer-desainer terkemuka setelah periode perang yang sulit.
Selama beberapa dekade berikutnya, Paris Fashion Week berkembang menjadi platform yang penting bagi rumah mode, desainer independen, dan merek-merek internasional untuk memamerkan koleksi mereka kepada para pembeli, wartawan mode, selebritas, dan publik.
Paris Fashion Week terdiri dari dua minggu panjang yang dikelompokkan menurut dua segmen utama dalam industri mode: Haute Couture dan Pret-a-Porter (siap pakai). Haute Couture mengacu pada koleksi busana yang dibuat secara manual dengan tingkat keterampilan dan keahlian tinggi, sementara Pret-a-Porter lebih fokus pada busana siap pakai yang diproduksi dalam volume yang lebih besar untuk konsumen massal.
Peragaan busana koleksi Louis Vuitton di Paris Fashion Week di Paris 7 Maret 2022(JULIEN DE ROSA / AFP)
Paris Fashion Week adalah pekan mode yang diadakan setiap setengah tahun di Paris, Perancis dengan acara musim semi/musim panas dan musim gugur/musim dingin yang diadakan setiap tahun. Tanggal Paris Fashion Week ditentukan oleh Federasi Mode Perancis. Brand yang tampil di Paris Fashion Week adalah mereka yang lolos kurasu Federation de la Haute Couture et de la Mode (FHCM). FHCM sendiri adalah federasi yang menaungi penyelenggaraan Paris Fashion Week dan telah berdiri sejak 1868.
Mengutip
Vogue, (27/9/2020), saat mode busana tengah dilirik di Paris pada awal abad
ke-20, desainer seperti Charles Worth dan Paul Poiret ingin menampilkan
rancangan busananya dalam suatu pameran busana. Pada saat yang sama, Lady
Duff-Gordon (mendesain dengan nama Lucile) melakukan hal yang sama di London,
Inggris. Poiret dikenal sebagai desainer dengan desain yang mewah dan
menjuntai. Ia memutuskan untuk menggabungkan bisnis dan bersosialisasi,
mengadakan acara dansa mewah, di mana para peserta diminta untuk datang dengan
pakaian terbaik mereka. Salah satu tema yang paling menonjol adalah pesta The
Thousand and Second Night yang diadakan pada 1911. Kemudian pada 1920-an dan
1930-an, Paris telah menjadi pusat mode dengan nama-nama terkenal seperti Coco
Chanel, Elsa Schiaparelli, dan Madelaine Vionnet. Namun, pergelaran busana
tidak dibuat pesta besar melainkan lebih individual. Artinya, setiap rumah mode
akan mempresentasikan koleksi mereka pada serangkaian model di acara khusus
klien. Hal ini menimbulkan kecemasan tinggi tentang desain yang ditiru, karena
ada seleksi yang ketat. Bahkan, fotografer dilarang hadir di acara ini.
Pada tahun 1960-an, kemunculan Yves Saint Laurent menandai transisi ke pakaian siap pakai dan fokus baru pada budaya anak muda dan remaja. Pakaian siap pakai pun lahir.
Pada
tahun 1973, Fédération Française de la Couture didirikan bersamaan dengan Paris
Fashion Week resmi pertama, yang diresmikan dengan pertunjukan"Battle of
Versailles" yang tak terlupakan. Pertunjukan ini mengadu gaya Prancis dan
Amerika, dengan tujuan mengumpulkan dana untuk restorasi Château de Versailles.
Aturan mainnya telah berubah, dan kompetisi pun dimulai.
Dekade
berikutnya ditandai dengan peragaan busana yang berani dan kreasi ikonik, dari
Jean Paul Gaultier hingga Thierry Mugler, melalui Karl Lagerfeld sebagai
direktur artistik Chanel. Tahun 1990-an menyaksikan kedatangan desainer Inggris
seperti John Galliano di Dior dan Alexander McQueen di Givenchy.
Saat
ini, peragaan busana Paris lebih megah dari sebelumnya. Dengan kreativitasnya
yang tak terkendali, Paris menegaskan statusnya yang tak terbantahkan sebagai
ibu kota mode di setiap peragaannya. Setiap tahun, Paris Fashion Week menarik ribuan pengunjung dari seluruh dunia, termasuk para pembeli ritel, jurnalis mode, selebritas, dan influencer media sosial. Acara ini tidak hanya memamerkan tren terbaru dalam mode, tetapi juga memberikan kesempatan bagi desainer untuk berinovasi dan menginspirasi industri secara keseluruhan. Paris Fashion Week telah menjadi tonggak penting dalam kalender mode global dan tetap menjadi salah satu acara yang paling dinanti-nantikan dalam industri ini hingga saat ini.
(Zahra Nur Shafa & Muhaeni Latifah, Bahasa Prancis 2023)
Keren
BalasHapus